Majalah Dinding

Setiap kelas berkewajiban mengembangkan majalah dinding dibantu oleh wali kelasnya.

Pelatihan Penulisan Puisi

Penulisan puisi bersama Mas Agustav sebagai bagian dari GLS (Gerakan Literasi Sekolah).

Baca Buku 15 menit

Baca buku 15 menit sebelum mata pelajaran sebagai bagian dari GLS (Gerakan Literasi Sekolah).

Pelatihan Jurnalistik

Pelatihan Jurnalistik bersama Mas Ryan Rahman (Wartawan Suara Merdeka).

Pojok Baca

Adanya pojok baca di tiap kelas untuk mendukung GLS (Gerakan Literasi Sekolah).

Senin, 10 Desember 2018

dokumentasi













Share:

Senin, 06 Agustus 2018

Menjaga Kevalidan Data PMP SMP Negeri 3 Kutasari

Menjaga Kevalidan Data PMP SMP Negeri 3 Kutasari

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Kementrian Pendidikan dan Kebudayan telah menerapkan Penjaminan Mutu Pendidikan atau PMP baik pada satuan pendidikan dasar maupun menengah. Tujuan program PMP ini adalah mengawasi dan memastikan penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan di seluruh Indonesia agar berlangsung sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Dalam rangka memfasilitasi pelaksanaan sistem penjaminan mutu dalam satuan pendidikan agar berjalan lebih efisien dan efektif, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah mengembangkan Aplikasi Dapodikdasmen Penjaminan Mutu Pendidikan (PMP). Pengisian Aplikasi ini melibatkan seluruh unsur sekolah dari kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa.

Di SMP Negeri 3 Kutasari, pengisian aplikasi PMP dilakukan dengan asas menjaga kevalidan data kuesioner sehingga tujuan program PMP terpenuhi dan terpercaya. Proses yang telah berjalan pengisian kuesioner untuk guru dan kepala sekolah telah mencapai progres 80%. Sedangkan untuk siswa, pengisian PMP baru dimulai hari ini, Senin, tanggal 7 Agustus 2018. Bertempat di ruang perpustakaan  SMP Negeri 3 Kutasari, sebanyak 15 siswa dibimbing dan didampingi untuk mengisi kuesioner PMP. Kegiatan ini bertujuan agar siswa tidak kesulitan dalam mengisi 166 butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Pendampingan terbatas pada menjelaskan pernyataan atau pertanyaan yang ada dalam kuesioner, tanpa mengarahkan atau menggiring siswa untuk memilih suatu jawaban tertentu.

Kepala SMP Negeri 3 Kutasari, Arsyad Riyadi, S.Si, memimpin sendiri kegiatan pembimbingan pengisian PMP ini. Didampingi oleh Ibu Choirul Rahmawati, S.Pd dan Yuniasari Romadlon (Operator Sekolah), kegiatan ini diharapkan dapat membuat potret yang nyata tentang SMP Negeri 3 Kutasari sehingga tujuan dari program PMP tercapai.


Share:

Kamis, 15 Maret 2018

Gerakan Literasi Sekolah : Belajar Menulis Press Releas

GLS : Belajar Menulis Press Releas

Diawali dengan bernyanyi bersama, kegiatan dalam rangka  mengisi jeda semester di SMP Negeri 3 Kutasari berjalan meriah. Bertempat di ruang laboratorium IPA pada tanggal 12 Maret 2018, kegiatan yang mengambil tema Belajar Menulis Press Releas diikuti oleh seluruh siswa kelas VII dan kelas VIII. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Kutasari, Arsyad Riyadi, S.Si membuka acara tepat pukul 08.00. Beliau menyampaikan maksud dan tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan siswa pada dunia jurnalistik terutama berkaitan dengan kemampuan siswa menulis press releas. 

Kegiatan yang merupakan salah satu realisasi dari program literasi sekolah ini, diisi oleh Ryan Rachman, seorang wartawan sebuah koran harian ternama. Selama kurang lebih empat jam, pembicara menyampaikan materi tentang jurnalistik, dngan fokus tema tips menulis berita (press releas). Pembicara menyampaiakan materi dengan ringan dan menyenagkan sehingga waktu enpat jam tidak terasa lama dan tidak melelahkan, kata Revando, ketua OSIS SMP Negeri 3 Kutasari.Di akhir kegiatan semua siswa mempraktekan langsung membuat press releas tentang kegiatan tersebut.
Publikasi dari kegiatan ini salah satunya termuat di Harian Suara Merdeka tanggal 13 Maret 2018 dengan judul artikel 'Siswa SMP 3 Kutasari Diajak Tingkatkan Literasi".









Share:

Selasa, 06 Maret 2018

Diam

DIAM KU
Oleh Choirul Rahmawati

Diamku bukan aku tak peduli
Diamku bukan aku tidak mau mengerti
Diamku hanya ingin membatasi
Diamku hanya aku ingin sendiri

Diamku bisa satu arti
Diamku bisa berjuta narasi
Diamku bisa jadi salah arti
Diamku bisa jadi koreksi diri

Dalam diam ada keraguan
Dalam diam ada kegundahan
Dalam diam ada ketenangan

#pada sebuah perjalanan 27/02/18#




Share:

Hujan, Lapar dan Kehilangan

Hujan, Lapar dan Kehilangan


Tepat saat hujan turun siang itu
sebagian orang berhamburan  mencari tempat berteduh
pantulan sisa sinar matahari
belum mampu menjelma pelangi
aku masih tetap berdiri, tegak di atas dua kaki
lengkap dengan kegalauan yang kian jelas meretas mimpi

Tepat saat air hujan mulai membasahi muka
air yang lama tergenang di sudut mata
mulai menetes satu demi satu bergantian
menjadi rancu manakah hujan manakah tangisan

Aku selalu mendamba hujan
meski hujan kian menambah lapar
tapi mampu mendinginkan lara-lara
yang membuatku tersungkur terkapar
tentang kisah yang tak pernah sudah
tentang mimpi yang terus bersiteru tak pernah usai
tentang harapan yang terlampau jauh dari kenyataan

Pada hujan aku hantarkan
sebuah jiwa yang kosong harapan
yang melemah dalam tawa yang selalu kupertontonkan dengan pongah
yang melemah dalam kata pembelaan yang kian terengah
yang melemah dalam rasa yang kian lama kian jengah

Pada hujan aku adukan
sebuah lara kehilangan
yang tak pernah mampu kuceritakan
bahkan pada diri sendiri
pun tak mampu kubuat pengakuan










Share:

Di Puncak

Menggapai puncak 
Demi impian kita
Hidup bersama

Tak ada ego
Tak ada kebohongan
Naik bersama

Share:

Hujan, Headset, dan Telingamu

Hujan, Headset, dan Telingamu

Siang ini hujan turun dengan terpaksa
Tak ada hitam di langit Hujan pun menetes perlahan

kuambil headset yang biasa menutupi telingamu
Headset yang kaupakai saat hujan tak terkira

Rintik hujan yang perlahan
Membuat suasana tak menentu
Kegelisaanku memuncak mana kala rintik hujan semakin habis

Headset yang kupinjam
Tak bisa meredam
Ada yang berbeda telingamu dan telingaku

Kutaruh kembali headset
Berharap dirimu yang memakainya kembali

Karangjengkol, 7 Maret 2018
Share:

Sabtu, 03 Maret 2018

Mengenal Adobe Animate

Mengenal Adobe Animate CC

Bagi Anda pecinta Flash, tampilan Animate CC ini boleh jadi semakin memikat hati. Dari tampilan awalnya sangat berbeda juga dengan versi Flash sebelumnya, yaitu Flash CC pa lagi Flash CS dan sebelum-sebelumnya lagi.


Setelah loading ada beberapa pilihan, yang jelas setelah edisi Flash cc tidak muncul lagi ActionScript 2.0. Tapi lupakan itu, tidak boleh tidak memang harus migrasi ke ActionScript 3.0.


Jadi saya pilih saja ActionScript 3.0 dan akan muncul lembar kerja sebagai berikut.



Tool di atas benar-benar kalian pahami. Tool tersebut nantinya yang akan digunakan untuk membuat berbagai obyek..ya alat gambar gitu lah.

Sebelumnya maaf. Menjelaskan dengan gaya ini pasti akan diprotes oleh teman-teman saya. Yach…ada yang menanyakan Adobe Animate sih makanan apa? Flash itu program apaan ya?

Jawaban saya : Saya juga bingung..hehehehe
Sebelumnya, bagi yang sudah biasa bekerja dengan Flash baik versi Macromedia atau Adobe Flash abaikan bagian ini. Bahkan kalau perlu langsung saja lari..action..bikin produk yang nyata secara tuntas.
(Emangnya ada ya produk yang nggak nyata atau nyata tapi tidak tuntas :D)

Flash (baca Adobe Animate) digunakan untuk membuat aberbagai animasi. Animasi ini bisa diterapkan di mana saja, misalnya film animasi, animasi pendidikan, animasi iklan, dan lain-lain. Termasuk juga digunakan untuk membuat media pembelajaran/presentasi interaktif, game, dan lain-lain. Apa sih yang tidak bisa dilakukan oleh Flash (baca : Adobe Animate).

Film animasi tentunya kalian sudah sering melihatnya ya. Sepeti Sopo dan Jarwo, Upin dan Ipin, Naruto, Keluarga Somad, termasuk juga film animasi layar lebar seperti Lion King ya.
Sebelum merambah lebih jauh kepada dunia animasi, kita bisa mengawali dengan belajar menggambar terlebih dulu. Apa yang akan dianimasikan (baca : digerakkan) kalau bukan suatu obyek. Jadi, mari kita latihan menggerakan mouse kita sehingga nanti akan lebih alamiah seperti ketika menggambar secara seperti biasa.

Berikut contoh gambar yang dibuat untuk kepentingan pembelajaran matematika, yaitu membuat ornamen geometri (materi apa pula itu ya).





Dengan tool dasar yaitu rectangle dan dikasih lekukan sedikit bisa menghasilkan gambar seperti di atas. Bagaimana? Mau lanjut belajar bikin animasi?
Tapi belajar menggambar dulu ya? Gak papa deh coretan-coretan dulu di kertas. Ntar saya bantu memindahkan di laptop/komputer.

Oks..siswa-siswaku, khususnya di SMP Negeri 3 Kutasari (alias Spentriku) selamat berkarya.
Share:

Rabu, 28 Februari 2018

Menggambar Dayung Menggunakan Flash

Menggambar Dayung Menggunakan Flash

Salah satu kekuatan Flash bukan hanya dalam pembuatan animasi, simulasi maupun interaktifitasnya melalui ActionScript. Tetapi juga digunakan untuk membuat grafik/gambar dengan cara cepat, hasil memuaskan dan kecil ukurannya.
Menggambar menggunakan Flash
Untuk membuat gambar tersebut, cukup menggunakan tool yang sederhana dari flash. Dan cukuplah pakai flash versi 8 bahkan yang lebih rendah.
Gunakan Line Tool dan Rectangle Tool, kemudian atur pewarnaannya dengan menggunakan gradien tipe linier.
Paling tidak sampai 10 menit, gambar yang diinginkan sudah jadi.
Selamat berkarya
Share:

Jumat, 23 Februari 2018

Hakekat Bicara



Banyak hal yang bisa dirangkum dari kegiatan Training Motivasi hari ini (versi saya). Beberapa yang berhasil dicatat untuk dipantanglupakan diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Berbicara itu mempengaruhi. Seorang motivator agar bisa memotivasi tentu harus mempunyai gaya bicara yang bagus. Gaya bicara yang bisa mempengaruhi. Tegas, percaya diri, semangat, positif, namun tidak melupakan kelemahlembutan. Karena dimana pun hanya kelemahlembutan lah yang bisa menyentuh hati. 
  2. Berbicara adalah awal sukses. Awal dari semua program kesuksesan adalah bicara dengan diri sendiri, membuat komitmen besar untuk diri sendiri. Dimulai dengan interospeksi diri, membuat target atau capaian diri, kendali diri namun tetap pantang lupa diri.
  3. Berbicara itu bisa menjadi air mata. Menyampaikan kerinduan akan pelukan orang tua, menyampaikan penyesalan akan kenakalan selama ini, beberapa terucap jelas, beberapa terbata-bata dan beberapa hanya berupa air mata.
  4. Berbicara itu hambatan. Ternyata banyak bicara bisa menghambat kinerja. Hal ini disajikan indah dalam suatu permainan 'pindah tempat'. Betapa penghalang tercapainya suatu target adalah akibat dari kegiatan berbicara. Berbahaya sekali jika terjadi di lingkungan kerja. Pilih sedikit bicara banyak bekerja atau banyak bicara sedikit bekerja? 
  5. Berbicara belum tentu berkomunikasi. Ini yang berbahaya. Ketika berbicara menyampaikan sesuatu kepentingan tapi tidak langsung dengan yang bersangkutan. Maka kepentingan itu sendiri akan jadi tersamarkan karena tertimbun kepentingan baru. Hal ini terjadi pada permainan estafet air, komunikasi yang orang paling depan dengan orang paling belakang terhalang oleh kepentingan komunikasi orang yang berada di antaranya.
  6. Berbicara itu berbahaya. Ini terjadi jika mengikuti gaya bicara sengkuni. Adu domba. Ibarat memancing di air yang keruh. Orang bodoh bisa dengan mudah membedakan mana sengkuni mana sahabat namun tidak bagi orang jenius. Orang jenius terbiasa berpikir cepat terkadang menyimpulkan beberapa hal pun secepat kilat mengerjakan soal HOTS sehingga tidak bisa membedakan mana sengkuni dan mana sahabat. Catatan keenam ini didapatkan pada permainan menonton hujan. Dan mungkin hanya saya yang mendapatkannya. (Saya beruntung)

Share:

Training Motivasi Kelas IX

Training Motivasi SMP N 3 Kutasari
Jum'at, 23 Februari 2018 bertempat di Ruang laboratorium IPA, SMP Negeri 3 Kutasari menggelar acara Training Motivasi untuk anak Kelas IX. Dari 93 siswa Kelas IX, 92 siswa hadir didampingi oleh orang tua/ wali siswa. Satu siswa atas nama Adi Setiawan dari Kelas IXA berhalangan hadir karena sakit.

Kegiatan dimulai pukul 07.50 WIB -mundur 35 menit dari jadwal semula- diawali dengan Sosialisasi Ujian Nasional yang disampaikan oleh Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Kutasari, Arsyad Riyadi, S.Si. Sosialisasi disajikan secara singkat, padat namun semoga jelas dimengerti oleh seluruh tamu undangan yang hadir. Meskipun dengan penuh kesederhanaan, baik dari segi tata tempat maupun fasilitas lain, namun seluruh tamu yang hadir antusias mengikuti seluruh kegiatan (menjadi catatan yang mengharukan). Sosialisasi Ujian Nasional ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Anjar Subekti, S.Pd.

Tepat pukul 8.30 WIB kegiatan inti yaitu Training Motivasi dimulai. Dibawakan oleh Pak Gangga, motivator dari Global Sukses Purwokerto, dengan penuh semangat berusaha membangkitkan motivasi sukses untuk siswa dan orang tua. Selama tiga jam penuh, sang motivator menguasai ruangan memberikan pengaruh-pengaruh positif pada seluruh yang hadir di ruangan. Jam 11.30 acara selesai dan dilanjutkan dengan Sholat Jumat berjamaah.

Setelah Sholat Jumat, siswa Kelas IX melanjutkan kegiatannya bersama Tim dari Global Sukses dengan agenda permainan beregu. Tentunya bukan sembarang permainan. Namun permainan yang mempunyai filosofi dan pengaruh positif pada diri siswa. Diguyur hujan lebat, ditemani petir yang bersautan, sungguh tak tampak lelah dan tak tampak dingin, yang tampak dari semuanya hanya kegembiraan saja. Acara berakhir tepat pukul 16.00 WIB. Semoga semua yang dialami hari ini membawa pengaruh positif bagi seluruh seluruh siswa Kelas IX. Semoga.


Share:

Jumat, 09 Februari 2018

Menitipkan Mimpi Pada Sekolah

Menitipkan Mimpi Pada Sekolah

Tahun 1987, saat itu aku duduk di bangku TK, berseragan atasan baju berwarna putih, bawahan rok hijau. Setiap pagi di antar sekolah oleh ibu sampai depan gerbang sekolah. Saat itu ,aku ingat betul, aku punya mimpi bisa mlebu radio, sebuah kegiatan unjuk kebolehan siswa siswi TK menggunakan media radio. Dahulu TK ku biasa siaran (demikian istilahnya) di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Purbalingga. Akhirnya, kesempatan itu datang, di suatu hari aku siaran langsung di radio menghafal Surat Al Ikhlas. Ibu berkisah, konon katanya orang serumah meneteskan air mata haru mendengar suaraku. Sebuah kebanggaan bagi mereka. Pulang dari siaran itu, kuterima uang seratus rupiah dari nenek, bahagianya sungguh luar biasa.

Sepuluh tahun kemudian, tahun 1997, aku sudah duduk di bangku SMU, di sekolah ini tak lagi kutitipkan mimpiku semata, tapi ada mimpi bapak dan ibu yang turut serta di dalamnya dan sering tersebut di setiap doa. Mereka menitipkan mimpi supaya aku bisa masuk Fakultas Kedokteran. Mimpi yang agak sedikit berbeda dengan mimpiku. Tapi mimpiku dan mimpi mereka tak pernah bersiteru, dan  pada akhirnya mimpi kami tak ada yang mewujud mengikutiku. Dua kisahku itu, mungkin sudah bisa menunjukkan bahwa setiap bangku di sebuah sekolah itu punya mimpi tersendiri bagi yang mendudukinya. 

Mari merapat ke SMP Negeri 3 Kutasari, sebuah institusi tempat belajar dengan jumlah siswa 306 anak tahun ini. Di bawah didikan dan ajaran 16 orang guru, dibantu secara administratif oleh 8 staf TU, SMP Negeri 3 Kutasari menjadi tempat pilihan menitipkan mimpi. Seharusnya...
Mengapa seharusnya? Karena ada satu dua cerita yang membuat bangunan penitipan mimpi ini tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Sebutlah seorang siswa bernama Panda, duduk di Kelas IX, lebih dikenal sebagai siswa yang bandel, sering membolos, tidak konsentrasi belajar, suka cari perhatian, dan catatan cataan lain yang kurang bagus semua tentangnya. Tapi catatan-catatan itu terkadang kurang lengkap, beberpa perlu dilengkapi agar Pandu bisa nyaman menitipkan mimpinya di sekolah. Beberapa catatan tentang Pandu yang berusaha kulengkapi :
  1. Pandu tidak pernah infak setiap hari jumat, itu karena ia tidak pernah diberi uang saku oleh orang tuanya.
  2. Pandu sering membolos sekolah karena harus mengasuh adiknya yang masih balita ketika ditinggal ibunya bekerja.
  3. Pandu sering terlambat sekolah karena sering bangun kesiangan akibat membantu lemburan pekerjaan ibunya.
  4. Pandu selalu telat membayar iuran sekolah dan tidah pernah membeli LKS itu karena ayahnya yang sepi pekerjaan
  5. Pandu suka cari perhatian karena mungkin permasalahan di rumah sedemikian menganggu kesenangan masa kecilnya
  6. Pandu banyak bicara saat pelajaran karena mungkin ia butuh untuk didengarkan
Suatu hari kutanya Pandu, apa mimpimu? Dan dia menjawab tak punya mimpi apapun. Dia hanya ingin segera menyelesaikan sekolah lalu bekerja untuk keluarga. Ah, Pandu... bukankah itu juga mimpi...mimpimu tak berlebihan...tapi tak menggairahkan

Kasus Pandu di atas, hanya satu dari sekian banyak kisah yang menari-nari di SMP Negeri 3 Kutasari. Masih banyak hal yang perlu dibenahi, menjadikan sekolah sebagai tempat menitipkan mimpi ternyata tidak mudah. Apalagi untuk komunitas lingkungan yang tak punya banyak pilihan akan mimpi, terkunci oleh kemiskinan dan kisah hidup miris lainnya.

Namun setidaknya, ketika sekolah tak lagi menjadi tempat untuk menitipkan mimpi, jadikanlah sekolah sebagai tempat paling menghibur dan paling menyenangkan bagi orang-orang yang tak punya mimpi....


Kutasari, 10 Februari 2018
Dalam Mendung Sabtu Menghitung Mimpi
Share:

Senin, 05 Februari 2018

Sajak Bangku Kuning

Sajak Bangku Kuning

bangku bisu bercat kuning, sore itu, basah oleh gerimis kecil
bunga sepatu, yang hanya satu, tak mampu mengindahkan haru

beberapa burung berbulu basah mencari serpihan rumput
yang juga basah
semua basah

wanita di sampingku masih terus menangis
tanpa suara, tapi air mata berurai bak air terjun niagara, mungkin...
aku diam
hanya diam
tak sepatah kata pun berhak kukatakan
dia hanya memintaku hadir
hanya hadir
menemaninya menangis
kuambil tisue yang sudah kusiapkan, selalu kusiapkan
jika telpon berdering memintaku datang ke bangku kuning
kuletakkan di pangkuannya yang kosong
satu menit
dua menit
tiga menit
kulirik pemilik mata indah tapi berhidung besar, tangis sudah reda, dia tersenyum
semudah itu berganti rasa, dia mulai bercerita apa saja
semuanya, dari cerita kampus, sakit perut, buku baru, bahkan pengemis yang ditemuinya di bengkel
semua ceritanya seru...tapi tak satu pun yang haru
tak pernah berkisah tentang tangisnya
tak pernah berkeluh tentang laranya
sekali, dua kali, tiga kali tak pernah kesentuh lukanya
tapi sore ini, aku tak tahan lagi, tak bisa diam lagi, aku harus bersuara
"tinggalkan dia!"
senyum dan tawa palsunya musnah terbawa angin yang meniupkan daun daun sampah
lalu yang ada hanya diam, dalam mendung senja yang merangkak di ujung cakrawala
lampu taman mulai menyala membuat bayang bayang tubuhnya di tanah basah
tanpa menjawab, ia berlalu menghilang tenggelam di senja gulana


cerita tak pernah usai begitu saja
sehari lagi sudah di depan mata
bergandengan manja dengan orang yang sama
tanpa pernah terlihat terluka...dan seterusnya
dan selanjutnya
panggilan ke bangku kuning semakin sering berdering
tanpa kalimat lain
kuakhiri setiap pertemuan dengan kalimat "tinggalkan dia!"

Dan dunia beberapa saat tetap sama... semakin lama terjadi lagi dan lagi
hanya bangku kuning yang pahami kekerdilan jiwa lelakiku
penuh ketakutan dan ketidakberanian
hanya mampu kukirim bisik kecil
pada bangku kuning yang menatapku nyinyir
hai bangku kuning....jangan menatapku sedemikian sinis!
saksikan suatu hari, wahai bangku kuning, akan kuterikaan padanya
sebuah kalimat lengkap
"Tinggalkan dia! Jadilah bahagia bersamaku."
.....
.....
Ah diri macam apa ini, tak jua menimbun keberanian seiring waktu semakin lalu
bangku kuning tak pernah menyaksikan perwujudan janjiku
Dan hari itu...
selembar kertas biru mengharap hadirku, wanita bermata cantikku, namanya tertulis jelas di situ
kemudian telpon berdering, aku pergi ke bangku kuning
dia tersenyum, tak ada air mata
seceria bunga sepatu yang tak lagi satu
dia bercerita telah mematuhiku
meninggalkan lelaki yang mengaduk aduk hatinya
dan dia menemukan pengganti, di hari rabu merah jambu mereka bertemu, ceritamu selalu seru
bedebah....!
kenapa terasa kini aku yang ingin menangis
bangku kuning menyeringai pilu

tangisan di bangku kuning menjadi tangisan sepanjang hidupku
karena sampai saat janur kuning berkibar di rumah birumu
tak jua kulengkapi kalimat itu....













Share:

Membumikan Gerakan Literasi Sekolah

Pembiasaan baca buku 15 menit  SMP Negeri 3 Kutasari, www.spentriku.net
Baca buku 15 menit

Membumikan Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini telah digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam 2 tahun terakhir ini. Meskipun demikian, gerakan ini belum sepenuhnya membumi meskipun sudah banyak sekolah yang telah menerapkan program ini. Termasuk di dalamnya, menjamurnya berbagai pelatihan menulis, dari menulis cerpen, artikel sampai membentuk buku. Pelatihan menulis buku dan sejenisnya pun marak, khususnya di kalangan para guru.

Memasuki tahun 2018 ini, apakah Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah menyatu dengan budaya sekolah atau bahkan menjadi budaya baru di sekolah? Agaknya terlalu tergesa-gesa untuk mengatakan gerakan ini sudah membumi, meskipun juga merupakan pendapat “ngawur” jika mengatakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini hanya berada di awang-awang.

Sebelumnya, kita pahami kembali arti dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini. GLS ini merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat. GLS ini juga dimaksudkan untuk memperkuat gerakan budi pekerti seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Tentunya kalau diterapkan, gerakan ini mempunyai visi yang sangat luhur. Pertama, mengandung unsur partisipatif yaitu melibatkan seluruh komponen sekolah. Kedua, meningkatkan ketrampilan siswa dalam menerima berbagai informasi, mengelola dan bagaimana mengkomunikasikannya kepada orang lain. Ketiga, menjadi bagian yang terintegrasi dengan pendidik budi pekerti. Perlu diketahu juga bahwa pendidikan budi pekerti ini sejak beberapa tahun yang lalu telah didengung-dengungkan untuk diintegrasikan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas bahkan juga dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Salah satu kegiatan dasar dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini adalah melalui kegiatan membaca 15 menit buku-buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Pembiasan membaca buku ini bisa dilakukan dengan membaca dalam hati, guru membacakan sebuah cerita dan kegiatan lain sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Pembiasaan membaca 15 menit ini sebagai dasar untuk menempuh tahap selanjutnya, yaitu tahap pengembangan dan pembelajaran.

Arti literasi dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini juga bukan sekedar kegiatan membaca dan menulis, tetapi termasuk di dalamnya kegiatan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan audiori. 

Dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, disebutkan ada 6 komponen literasi yaitu literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, dan literasi visual.  Literasi yang pertama, yaitu literasi dini sebagai landasan dasar untuk memperoleh literasi dalam tahap berikutnya. Literasi dini ini mencakup kemampuan untuk menyimak, memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya di rumah. Dalam literasi dini ini tentunya banyak melibatkan peran orang tua dan keluarga, guru/PAUD, dan juga pengasuh/pamong. Literasi usia dini ini tentunya tidak boleh berhenti. Untuk siswa SMP dan SMA misalnya, terkait dengan literasi perpustakaan mulai dikenalkan dengan sistem klasifikasi persepuluhan Dewey.

Bagaimana dengan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMP Negeri 3 Kutasari Purbalingga alias Spentriku ini? Apakah sudah mulai dilaksanakan atau masih terasa di awang-awang? 
Di SMP Negeri 3 Kusatari sendiri, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah dirintis sejak tahun ajaran 2017/2018 dengan lebih intensif. Di awali dengan sosialisasi kegiatan ini melalui pembinaan saat upacara bendera, pemberian materi literasi pada siswa guru dan dalam berbagai kesempatan yang lain.

Kegiatan yang lain adalah melalui pembiasaan membaca 15 menit tiap hari rabu, serta adanya jam wajib perpustakaan selama 1 jam pelajaran/minggu. Untuk pembiasaan 15 menit, kegiatan ini dipantau langsung oleh wali kelas masing-masing, sedangkan untuk jam wajib perpus dipantau oleh guru BK, yaitu Ibu First Prihatini. Sebenarnya masih ada juga pembiasaan lain yang terkait dengan literasi, misalnya kegiatan tadarus setiap hari kamis pagi, kajian-kajian pada hari-hari tertentu dan sebagainya.

Sebelum libur semester gasal, sekolah juga mengundang 2 orang penulis yaitu Pak Agus Pribadi dan Pak Agus Triono. Keduanya guru di Purbalingga, penulis, pegiat sastra, pegiat budaya dan juga pegiat Penamas (Penulis Muda Banyumas). Agus Pribadi mengajarkan trik dan tip menuliskan cerpen sedangkan Agus Triono (alias Agustav) mengajarkan cara membuat puisi. Hasil karya siswa hasil pelatihan tersebut dalam jangka waktu dekat akan dibukukan. Tentunya setelah melewati seleksi dari tim Agen Literasi Spentriku yang digawangi oleh Bu Ika Setyarini, Bu Windi, Pak Anjar, Bu Ririn dan guru-guru lain.
Di sisi fasilitas sendiri telah dilakukan penataan ruang perpustakaan. Perpustakaan diatur sedemikian rupa sehingga ada ruang baca “lesehan” maupun ruang baca biasa. Di samping itu dilakukan penambahan buku bacaan dalam jumlah yang cukup signifikan. Di ruang perpustakaan sendiri juga disediakan 8 perangkat komputer yang terhubung ke internet. Di samping itu di sekitar area perpustakaan SMP Negeri 3 Kutasari terdapat hotspots khusus untuk siswa.

Dalam waktu dekat, di ruang guru akan dibuat pojok baca, tempat para guru membaca buku secara nyaman dengan berbagai referensi khususnya mengenai pendidikan. Demikian juga di tiap-tiap ruang kelas, akan dirintis adanya pojok-pojok baca serta pemanfaatan lemari di kelas sebagai tempat menyimpan buku-buku teks pelajaran dan buku lain.

Selain itu, untuk meningkatkan budaya tulis, dibentuk komunitas mading yang bertanggung jawab terhadap terbitnya mading sekolah. Tentunya nanti juga sebagai perintis terbitnya buletin bahkan majalah sekolah. Di setiap kelas sendiri, sebenarnya juga ada mading kelas, namun penerbitannya belum teratur. Sebatas jika ada intervensi dari sekolah atau wali kelas. Dengan dibentuknya komunitas mading ini, diharapkan sekali akan menjadi penggerak literasi di SMP Negeri 3 Kutasari.
Dengan perlahan, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini bukanlah sebuah program yang di awang-awang tetapi akan membumi, dan benar-benar bisa menjadi budaya sekolah.

Tentunya untuk mencapai perjalanan yang entah berapa jauhnnya perlu diawali dengan langkah kecil dulu.

Salam literasi. Salam GLS,




Jam wajib perpustakaan  SMP Negeri 3 Kutasari, www.spentriku.net
Jam wajib perpustakaan

Mading kelas SMP Negeri 3 Kutasari, www.spentriku.net
Mading Kelas

Mading kelas SMP Negeri 3 Kutasari, www.spentriku.net
Mading Kelas

Share:

Sabtu, 03 Februari 2018

Menegakkan "Cikal" di Spentriku

Menegakkan "Cikal" di Spentriku
(Laporan Kegiatan Siswa)

Oleh : Ika Rini

KARANGJENGKOL. Suasana Sabtu siang (3/2/2018) yang semula mendung bahkan gerimis tipis-tipis, perlahan berubah cerah kembali. Perubahan cuaca seakan menjadi pertanda bahwa alam pun turut bersemangat melarut dalam semangat siswa kelas VII dan VIII SMP N 3 Kutasari berlatih pramuka. Kegiatan pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib yang diadakan setiap Sabtu sore. Kegiatan ini dikomandani oleh Kak Sulistijani dibantu oleh Kak Taufika, Kak Indra, Kak Anjar dan Kak Ririn. Kegiatan pramuka merupakan ekstrakurikuler kepanduan yang bermuatan nilai cinta tanah air dan bela negara. 

Sesuai kalimat penggalan himne pramuka satya ku kudarmakan darma ku kubaktikan agar jaya Indonesia... filosifis dasar dari kegiatan kepramukaan adalah mengutamakan dan menguatkan rasa pengabdian dan bakti kepada Indonesia. Sempat vakum selama satu bula, latihan pramuka di spentriku aktif kembali mulai Sabtu ini. Kakak-kakak pembina yang hadir dengan formasi lengkap memberikan materi tentang Peraturan Baris Berbaris (PBB). Dengan penuh semangat, yang terlihat dari gerakan maupun kenyaringan aba-aba yang diberikan pemimpin regu, dua ratusan siswa kelas VII dan kelas VIII dengan tekun memperhatikan arahan dan binaan dari kakak pembina.

Tidak kalah semangat dengan adik-adiknya, semangat kakak pembina pun layak dijadikan tauladan bagi kita semua. Kak Sulistijani tampak tiada lelah dan sangat berenergi di lapangan, meskipun beliau baru saja pulang dari perjalanan jauh yang melelahkan. Begitulah pramuka, semangat pengabdian selalu dikobarkan setiap saat tak peduli keadaan dan waktu.

Semoga kegiatan kepramukaan di spentriku semakin maju dan bisa menunjukkan prestasi nyata di lingkungan Kwaran, Kwarda bahkan Kwarnas. Tegaklah cikal-cikal spentriku, tumbuhlah menjulang tinggi dengan akar kuat menhujam bumi. Padamu kelak kutitipkan Indonesiaku...Salam Pramuka!!
Share:

Jumat, 02 Februari 2018

SEMARAKKAN KELAS ANDA

Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Kutasari
Kegiatan Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Kutasari

SEMARAKKAN KELAS ANDA


Membaca buku-bukunya Munif Chatib, yang berjudul Kelasnya Manusia membuat saya tidak dapat menahan diri untuk sedikit mengupasnya sambil mengajak para pembaca. Buku ini (baca : tulisan ini) saya tujukan untuk guru, wali kelas, ketua kelas, orang tua, siswa dan siapapun yang peduli dengan pendidikan di negeri ini.

Kalau bukunya Munif Chatib sendiri yang berjudul Kelasnya Manusia dengan sub judul Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas, sedangkan untuk postingan ini cukup berjudul Semarakkan Kelas Anda. Dan dari judulnya, jelas postingan ini hanya mengambil secuil dari buku yang ditulis dari Munif Chatib. Hal ini semata-mata karena keterbatasan saya dan juga memang lebih baik memberikan sesuatu yang sedikit demi sedikkit (yang penting bermanfaat) ketimbang tidak berbagi sama sekali.

Bayangkan siswa Anda atau Anda sendiri masuk ke dalam kelas, dan yang terlihat meja dan kursi yang berbaris rapi bak serdadu dalam posisi siap. Dinding-dinding kelas tertempel gambar presiden dan wakil presiden, lambang Pancasila, para pahlawan dan beberapa tulisan berisi kata pepatah seadanya. Di bagian depan terdapat black board (eh white board ding) dengan beberapa noda hitam bekas spidol yang susah hilang. Di kanan kirinya menempel papan daftar siswa, daftar piket, daftar siswa yang tidak masuk, kalender dan pernik-pernik lainnya. Eh lumayan.. di bagian belakang ada mading karya siswa yang entahlah..berapa minggu, berapa bulan atau entah berapa tahun tak pernah ganti.

Dan suasana ruangan itu setiap hari ya seperti itu. Tak ada yang aneh, tak ada yang unik, tak ada yang baru, tak ada yang menggoda dari ruang kelas tersebut. Dan hebatnya, guru serta siswa yang menggunakan kelas tersebut tidak merasa bosan. Atau sebenarnya merasa bosan tetapi tidak ada kepekaan untuk membuat ruang kelas itu berbeda.

Coba ingat-ingat pernahkah kita dulu usil atau melihat kejadian begini. Ada siswa atau guru yang ulang tahun kemudian diberi kejutan di dalam kelas. Ada kue..ada lagu selamat ulang tahun..ada teriakan kegirangan…mata terbinar-binar dari yang ulang tahun atau bahkan sampai meneteskan mata. Ya..tentunya sangat meriah. Meskipun bukan itu yang diinginkan dari tulisan ini. Atau kalau ada yang ingat isengnya siswa-siswa kepada guru yang akan mengajar dengan memberikan jebakan-jebakan. Dari lemparan tepung, kursi yang dikasih lem sampai kursi yang ambruk ketika diduduki. Kalau ndak salah adegan guru yang diusili ini banyak di film-film, kalau ndak salah di filmnya Bobo Ho ya.

Oks…lanjut ya.

Hal yang perlu diperhatikan agar pembelajaran berjalan dengan baik adalah bagaimana RUANG KELAS sanggup memicu dan mempertahankan SELERA dan proses BERPIKIR. Ketika tak ada mood maka mau melakukan tindakan apapun tak akan maksimal. Alih-alih ilmu akan masuk..yang ada sekedar menunggu bel semata.
Bukankan seorang GURU setiap hari bermain-main dengan OTAK siswa. Yang perlu dilakukan tentunya bagaimana agar OTAK siswa tersebut mau berkompromi (baca : bergairah) untuk dibangkitkan agar mau dipakai untuk berpikir.
Tapi sebelum itu, marilah kita pahami dulu cara kerja otak.
Paul D. MacLean dalam bukunya yang berjudul The Triune Brain in Evoluton menjelaskan konsep triun brain, yaitu pembagian otak manusia menjadi tiga bagian yaitu otak reptil, otak limbik (mamalia) dan otak neokortek.

Otak reptil atau otak penjaga berada pada bagian paling belakang dari otak. Otak reptil ini berfungsi sebagai pengatur gerak refleks dan keseimbangan. Otak reptil ketika aktif akan membuat orang tidak dapat berpikir, yang berperan adalah INSTING dan LANGSUNG BEREAKSI.
Otak limbik atau otak pengatur berfungsi sebagai pengendali emosi atau pengatur emosi.
Otak neokorteks atau otak pemikir berfungsi untuk berpikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Di sinilah pusat kecerdasan manusia, termasuk letak adanya INTUISI sebagai kecerdasan yang lebih tinggi dari nalar.

Dalam menerima informasi, diawali dari otak reptil dulu. Ketika otak reptil tidak terpuaskan maka informasi tersebut pun tidak akan sempurna ketika sampai limbik apalagi sampai ke neokorteks.
Terkait dengan kegiatan belajar mengajar agar SELERA BELAJAR siswa optimal maka yang dapat dilakukan adalah bagaimana agar otak reptil terpuaskan.

Apa yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar otak reptil terpuaskan?

Pertama, selalu berpenampilan berbeda setiap hari.
Ada yang pernah menonton film Taare Zameen Par? Pada salah satu adegan sang guru yang diperankan oleh Aamir Khan memasuki ruang kelas dengan menggunakan baju badut dan bernyanyi riang gembira. Anak-anak pun larut dalam suasana tersebut. Setelah “klik”, sang guru tersebut memberikan sajian (eh pelajaran) yang jauh sekali cita rasanya dengan pembelajaran yang biasa diterima siswa-siswa tersebut.

Kedua, selalu mendesain display kelas yang unik dan berbeda-beda.
Ruang kelas merupakan kamar yang menyenangkan bukanlah seperti ruangan yang garing. Guru bukanlah sekedar sebagai guru, tetapi juga sebagai desain interior yang akan menyusun dan mengatur barang-barang yang ada di kelas termasuk setiap sisi-sisi dinding tembok kelas. Prinsip utama yang perlu diperhatikan adalah visibilitas atau keleluasan pandangan, aksesibilitas atau mudah dicapai, flesibilitas atau keluwesan serta keindahan. Termasuk di dalamnya adalah dalam mengatur tempat duduk siswa agar dibuat bervariasi. Dari formasi tradisional (bangku dan meja berbaris luru dan rapi) menjadi berbagai formasi lain seperti model auditorum, cevron, huruf U, meja pertemuan, konferensi, pengelompokkan terpisah, tempat kerja, kelompok untuk kelompok, lingkaran, periferal maupun model-model lain.  Ya..browsing lah di google..akan banyak sekali ditemukan penataan interior ruang kelas yang indah, nyaman dan menyenangkan.

Ketiga, selalu mengajar dengan strategi yang berbeda.
Kalau seorang guru mengajar dengan metode yang tetap sepanjang waktu, misalnya ceramah seumur-umur bisa dipastikan otak reptil tidak akan terpuaskan. Ketimbang seorang guru menjelaskan dengan panjang lebar proses peredaran darah, akan lebih menarik jika guru tersebut menyajikan gambar atau video mengenai proses peredaran darah pada manusia. Dan jauh lebih memuaskan alias memanjakan otak reptil siswanya, jika siswa diajak membedah seekor tikus untuk dipelajari sistem peredaran darahnya.

Ada seorang teman guru matematikan, sebut namanya Bu Windi, yang mengajarkan perbandingan sebanding dan berbanding terbalik melalui permainan jual beli dan juga menyuruh siswanya mengukur hubungan jarak dengan waktu yang ditempuh temannya.

Bagaimana?
Siap untuk memanjakan otak reptil siswa sehingga ruang kelas pun akan menjadi hidup. Semarak penuh dengan keriangan. Sehingga SELERA BELAJAR dan proses BERPIKIR siswa pun akan menjadi optimal.

Sumber bacaan :
Chatib, Munif. 2015. Kelasnya Manusia : Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas. Bandung : Kaifa





Share:

Kamis, 01 Februari 2018

Yogyakarta (Tanpa Judul)

larva tour
Larva Tour

Yogyakarta (Tanpa Judul)
(Cerita Laporan Perjalanan Wisata Studi Aku, Kamu, Kita dan Anak-anak Spentriku)
Oleh : Anjar Subekti, S.Pd

Mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama tokoh, watak, dan tempat. Semata-mata karena disengaja, apa adanya, serta bukan fiktif belaka.

Sepinya malam bukan menjadi halangan untuk menyusuri jalanan menuju ke sekolah tempat aku mengabdikan diri, yang letaknya cukup dekat dari rumah orang tuaku, hanya terpaut satu desa tepatnya di Desa Karangjengkol. Walaupun hampir setiap hari melewati jalannya, agaknya berbeda karena kali ini aku melewatinya pada malam hari yang tentu akan terasa lebih dingin. Menaiki motor Honda Vario hitam, pemberian dari bapak yang dibelikan pada saat dulu aku pertama masuk kuliah, dengan kecepatan yang cukup sedang, aku diantar oleh adik laki-laki. Bukan karena tidak berani sendirian, tetapi kali ini aku sengaja untuk tidak membawa motor.

Pernahkah kamu berkunjung ke Desa Karangjengkol? Desa yang terletak diujung sebelah utara Kecamatan Kutasari, Kabupaten Purbalingga. Bisa dibilang terletak di kaki Gunung Slamet, siang hari pun terasa dingin, apalagi jika malam hari?Kulihat jam tangan yang masih tergolong baru karena belum lama aku membelinya, waktu menunjukan pukul 21.55 WIB ketika tiba di SMP N 3 Kutasari (baca: Spentriku). Disambut sorotan cahaya lampu yang cukup terang, kubuka gerbang sekolah yang ternyata tidak digembok (baca: kunci). Mungkin Pak Dahlan, yang tidak lain adalah seorang yang bertugas menjaga sekolah, sengaja tidak mengunci gerbangnya karena tahu jika anak-anak kelas VIII sebentar lagi akan datang. Lah, untuk apa malam-malam yang dingin kok pergi ke sekolah? Ya... Sesuai rencana, malam ini siswa kelas VIII akan berangkat ke kota Yogyakarta, kotanya pelajar.

Bagi anak-anak yang sudah pernah ke Jogja, tidaklah asing pengetahuan akan tempat-tempat wisata yang ada di sana. Kali ini siswa kelas VIII akan melaksanakan studi wisata, menuju ke kota Jogja dan sekitarnya. Yah... tentu mereka semua merasakan senang, tak terkecuali yang sudah pernah ke Jogja. Malam semakin larut, ketika para siswa mulai berdatangan diantar oleh orang tuanya masing-masing. Dijadwalkan mereka akan berangkat dari sekolah menuju ke tempat studi wisata pukul 23.30 WIB. Didampingi oleh bapak dan ibu guru, termasuk diriku.

Aku mencoba mendekati anak-anak, menanyakan kesiapan mereka mengikuti studi wisata. “Udah nggak sabar pak, nyampai di Jogja”. Jawab salah satu dari mereka. Ya... antusias mereka memang cukup tinggi, apalagi jika kaitannya dengan berwisata. Hingga pada akhirnya, jam menunjukan pukul 23.20 mendekati tengah malam, dua armada Bus Lestari Muda tiba di depan sekolahku tercinta. Jalan terasa penuh sesak karena orangtua dan wali murid yang mengantar anak-anaknya masih menunggu. Ada juga yang berada di area dalam sekolah, tetapi tak sedikit pula yang berada di pinggir jalan dan di area gerbang sekolah. Mungkin mereka tidak akan beranjak sebelum bus yang membawa anak-anaknya pergi. Ya... benar saja, sekitar jam 12 kurang 15 menit malam ketika bus mulai melaju sesuai tujuannya, mereka pun yang searah dengan lajunya bus mengiringi di belakangnya, tetapi tidak sampai ke Jogja, hanya memastikan saja kalau anaknya sudah berangkat.

Aku bersama ke tujuh bapak dan ibu guru yang lain, juga mengikuti di belakang bus, kami menaiki mobil jenis Elf milik Pak Kuswanto yang beliau juga sebagai sopirnya. Kenapa kami tidak ikut sekalian di bus bersama anak-anak? Jawabannya karena sudah tidak tersisa kursi yang kosong. Ketika bus sudah mulai melewati jalanan kota, kecepatan laju bus pun kian meninggi. Hingga kami semakin tertinggal cukup jauh di belakangnya. Kami yang berdelapan menaiki mobil, kehangatan pun mulai terasa dengan saling melucu ataupun saling meledek satu sama lain, meskipun ada juga yang memilih untuk tidur. Sedang hangatnya kelucuan yang diadakan dalam mobil, tiba-tiba hal yang tak diinginkan pun terjadi. Dikarenakan jalanan yang berlubang (baca: rusak) dan mungkin karena kurang kehati-hatian, hingga tak disangka ban belakang sebelah kiri meletus, tepat di daerah Rowokele Kebumen. Kamipun terdiam sejenak merenungi kejadian tersebut, aku mengumpat dalam hati “kenapa bannya harus meletus?”. Seperti tidak terima dengan yang sedang kami alami.

Mobilpun menepi mencari tempat yang sekiranya aman untuk mengganti ban. Peralatan bengkel mulai dicari - dipersiapkan; dongkrak, kunci-kunci dll. Kami saling membantu, ada yang megang senter hp guna menerangi penggantian bannya, ada yang masang dongkrak, dan akupun ikut membantu melepas baut yang mengikat ban. Mobil kembali melaju setelah kurang lebih sekitar 45 menit mengganti ban, kok lama juga ya? Ya begitulah, karena kami lumayan mengeluarkan tenaga hingga butuh istirahat setelah mengganti ban. Aku dapat menebak kalau rombongan bus yang membawa siswa/siswi pasti terus melaju, hingga semakin jauh jaraknya dengan mobil yang kami tumpangi. Ya sudahlah, mari bergembira kembali di dalam mobil.

Di saat waktu kian menuju ke dini hari, rasa kantuk mulai terasa, hingga aku memilih tuk memejamkan mata, kami atur sedemikian rupa, gantian jangan sampai semua tertidur, maksudnya biar pengemudi (baca: sopir) tetap ada yang menemani tuk sekedar ngobrol. Sayup-sayup terdengar suara adzan shubuh dikumandangkan, hingga Pak Kus memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid guna melaksanakan sholat shubuh. Kami semua turun dari mobil, meskipun mata masih terasa berat.

Jam menunjukan pukul 04.45 pagi saat kami kembali menikmati perjalanan, sebelumnya terjadi percakapan antara Pak Kus dengan tukang parkir, menanyakan kepastian jarak yang jika melihat google maps sudah lumayan dekat dengan tujuan wisata studi yang pertama. Sementara rombongan bus yang membawa anak-anak dan guru lainnya sudah sampai di Merapi Jeep Lava Tour. Ya itulah tujuan pertama perjalanan kami. Sebelum nanti ada tujuan kedua, ketiga dan seterusnya. Malam mulai berganti terang, mobilpun kian melaju dengan ritme yang menegangkan. Loh ada apa? Ternyata tanpa disadari kampas rem mobilnya habis, sehingga ketika mobil ngerem harus selalu pakai rem tangan. Cukup berbahaya, tetapi Pak Kus termasuk handal dalam mengendarai mobilnya, sehingga tak begitu menjadi masalah, kami pun tetap bergembira.

Koordinasi lewat medsos terus dilakukan dengan guru lain yang sudah tiba dilokasi, ternyata mobil yang kami tumpangi sudah kian dekat dengan lokasinya. Pemandangan mobil-mobil Jeep dan Gunung Merapi mulai nampak, ya kita sudah tiba di parkiran pintu masuk Merapi Jeep Adventure Kedungsriti. Setibanya kami langsung disambut oleh Crew MJAK, dan diajak untuk menaiki mobil Jeep yang sudah disediakan. Sementara anak-anak dan guru yang sudah sampai duluan, juga sudah mulai ber-offroad ria naik Jeep menyusuri jalanan terjal, berkelok-kelok menuju kaki Gunung Merapi. Jujur ini pengalaman pertamaku naik Jeep, yang katanya dari kecil semacam didoktrin kalau mobil Jeep berarti mobil penculik, dan sampai sekarang aku tak tau kenapanya. Tapi nyatanya aku dan guru yang lain tidak diculik, berarti doktrinnya salah. Hahaha.... tertawaku di dalam hati.
Suasana alam pegunungan terasa begitu hangat, mencairkan hati yang beku, dan yang pasti aku menjadi berpengalaman naik Jeep. Sungguh bahagia, ya memang harus bahagia. Namanya juga berwisata, pasti membahagiakan. Pengemudi Jeep terlihat sudah begitu handal, terbukti walaupun jalanan terjal, tetapi kami yang menaikinya tetap terasa nyaman.Belum lama kita menikmati perjalanan, Jeep berhenti, di sampingnya terdapat makam-makam, ternyata ini makam para korban erupsi Merapi 2010 lalu. “Semoga di tempatkan di tempat yang terbaik oleh-Nya, aamiin”. Doaku dalam hati.

Spot pertama yang bisa buat ajang selfie yaitu pemandangan Batu Alien peninggalan bekas erupsi, dipadu dengan pemandangan alam yang melimpah berupa pasir dan bebatuan, serta pemandangan besarnya Gunung Merapi. Ya... Kita memang Sedang berada di kaki gunung. Setelah puas berfoto ria, pengemudi Jeep mengajak kami mengunjungi spot berikutnya. Bunker Kaliadem merupakan tempat berlindung bagi warga dari luapan banjir lahar Merapi atau biasa disebut Wedus Gembel. Tetapi konon katanya Bunker ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ketika erupsi besar 8 tahun lalu, bunker ini terkubur material Merapi, ada beberapa warga yang ikut terkubur di dalamnya, sungguh mengerikan. Pasca erupsi, bunker ini dapat ditemukan kembali walaupun butuh waktu cukup lama dan alat berat untuk mengeruk material tebal yang menguburnya.

Aku mencoba menanyakan seputar Merapi pada pengemudi Jeep, “bekas rumah mbah Marijan di mana mas? Apa ikut tertimbun material Merapi juga?” tanyaku. “kita tidak melewatinya mas, ya mbah Marijan juga ikut jadi korban, padahal beliau juru kunci Merapi, sekarang juru kunci turun ke anaknya” jawabnya. Jika melihat dampaknya, aku tidak bisa membayangkan begitu luar  biasanya luapan lahar Merapi saat itu, walaupun sekarang sudah membawa keberkahan dengan benyaknya wisatawan yang berkunjung. Tuhan Maha Segalanya, jika  berkehendak terjadi maka terjadilah, tak ada yang bisa menahannya, dan beserta kesulitan akan ada kemudahan.

Matahari mulai meninggi, disaat Jeep membawa kami ke sebuah rumah makan, ya ternyata kami semua belum sarapan. Tempat makan ini menjadi tempat terakhir kami di sekitar Merapi, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan beserta anak-anak Spentriku menuju ke Candi Prambanan, salah satu situs warisan budaya yang mendunia. Sementara Pak Kus memilih untuk membawa mobilnya ke bengkel, maklumlah memang harus diservis. Di dalam komplek candi, aku ikut bersama anak-anak, tetapi tidak sampai naik ke dalam candi, cuaca cukup panas menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak naik ke dalam candi, anak-anak kembali dibebaskan untuk mengeksplor (baca: mempelajari) apa yang mereka lihat dan amati. Dari panitia membatasi waktu di Candi Prambanan sampai jam setengah satu siang, cukup lama bisa sambil beristirahat. Tak lupa kesempatan yang ada aku manfaatkan tuk berfoto, ya memang foto itu penting sekali, guna mengabadikan momen-momen yang tak terlupakan.

Puas berfoto ria di dalam komplek Candi Prambanan, anak-anak Spentriku mulai terlihat kelelahan, “panas, laper pak” ungkap salah satu dari mereka. Ya akupun merasa demikian. Pak Afik, guru Olahraga yang sekaligus membidangi Kesiswaan Spentriku mengomando anak-anak agar berkumpul di dekat parkiran bus guna istirahat dan makan siang. Dengan lesehan tikar, kami dan anak-anakpun menikmati udara siang Prambanan, sambil menyantap makan siang. Jam menunjukan pukul setengah satu, aku kepikiran ternyata belum menunaikan kewajiban Sholat Dzuhur. “Sholat ke mushola yuk!” ajak Pak Arsyad, yang tak lain adalah Kepala Sekolah Spentriku. (Sedikit cerita, beliau dikatakan mirip sosok dokter oleh salah satu ibu guru senior Spentriku, lucu bukan? Heuheu). Tapi kemudian Pak Afik berkata, “sholatnya di musium Dirgantara saja setelah ini”.

Tepat jam 1 siang, kami semua melanjutkan perjalanan, masih di Daerah Istimewa Yogyakarta, kotanya pelajar, yang selalu dan tetap istimewa. Kali ini menuju ke Musium Dirgantara, menambah pengetahuan tentang dunia pesawat dan penerbangan. Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 20 menit kamipun sampai di musium. Tak beda dengan musium-musium pada umumnya, di sini ramai pengunjung yang kebanyakan para pelajar. Dengan antusias yang cukup tinggi, Anak-anak semuanya langsung menuju ke dalam musium. Durasi di sini, kurang lebih satu jam, cukup lah bagi anak-anak menambah ilmunya.

Lelah mulai terasa hinggap dalam tubuhku, dan juga anak-anak yang terlihat tak bisa menyembunyikan lelahnya. Setelah dirasa cukup berada di Musium Dirgantara, sekitar jam setengah 3 sore bus  dan mobil Elf kembali melaju membawa kami menuju Pantai Parangtritis (baca: Paris) hehehe. Dalam rundown acara, kita semua di Parangtritis dari sore hingga esok hari, “yes akhirnya bisa istirahat menyelonjorkan badan”, sorak ku dalam hati. Setibanya di pantai yang menurutku sudah tidak begitu terawat karena banyak sampah berserakan tak beraturan, dari pihak Ayunda Tour yang sebagai Biro perjalanan langsung mencarikan tempat menginap (baca: Losmen) untuk kami semua. Ternyata tempat menginap kami berpencar, karena tak mungkin semua ditampung dalam satu tempat. Aku bersama Mbah Soleh, dan Pak Budisan menemani siswa laki-laki, tepatnya di Losmen Parikesit. Sedangkan siswa perempuan didampingi oleh bapak-ibu guru yang lain.

Losmen ini lumayan nyaman untuk beristirahat, tapi termasuk paling jauh jaraknya dengan pantai, dibanding losmen yang ditempati anak-anak perempuan dan bapak ibu guru yang lain. Setelah cukup beristirahat, membersihkan diri, dan melaksanakan kewajiban sholat, aku mengikuti anak-anak yang ternyata sudah mendahului pergi tuk bermain dipantai. Dengan berjalan kaki, aku bersama Mbah Soleh dan Pak Budisan menuju ke pantai tepat jam 5 sore, sambil ngobrol menikmati langkah demi langkah. Walaupun sore hari, tetapi tetap ramai pengunjung. Tak lupa, dengan menggunakan Hape Xiaomi (karna tak punya kamera Canon) aku minta tolong pada Pak Budisan untuk sekedar mengabadikan momen di sini, lumayan bagus pemandangan laut, pasir dipadu dengan sunset walaupun tak terlihat tajam. Hari kian petang, hingga kami pun memutuskan kembali ke losmen.

Malam hari suasana di sini cukup asyik untuk ngobrol hangat, bareng Pak Budisan, Mbah Soleh dan kita kedatangan Pak Arsyad yang rela berjalan kaki mendatangi losmen yang aku tempati. Ditemani suara ombak yang terdengar bergemuruh, sambil tak lupa mengawasi anak-anak agar tetap menjaga tata krama dan tidak seenaknya sendiri. Tak disangka, hujan turun lumayan deras menambah suasana hangat, hingga tak sadar sudah jam 10 malam. “Aku balik nang losmenku ya”, kata Pak Arsyad melangkahkan kaki kembali ke losmen yang beliau tempati. Setelahnya, aku memutuskan untuk tidur karena sadar tubuh ini butuh istirahat. Yah... sekasur bertiga pun tak jadi masalah.

Terbangun dari tidur ketika kulihat Mbah Soleh sedang bersiap tuk melaksakan Subuh, akupun segera bangkit menyadarkan diri. Ya... ternyata sudah jam setengah 5 pagi. Setelah melaksanakan Subuh, raga ini tertarik kembali tuk menyaksikan pemandangan pantai pagi hari. Ternyata pak Arsyad, sudah mengomando di grup Whatsapp agar para guru beserta karyawan menemani siswa yang lagi-lagi sudah lebih dulu berada di pantai. Meskipun hari masih terlalu dini, pantai ramai pengunjung yang sebagian besar wisatawan luar daerah. Kali ini saya mengajak Mbah Soleh dan Pak Budisan untuk mencoba motor roda empat yang memang disediakan tuk disewa. Ada yang ukuran sedang, ada juga yang ukuran besar. Kita bertiga iuran tuk menyewanya, maksud hati ingin menyewa yang besar tetapi harga sewanya lumayan mahal menurutku, akhirnya mencoba yang ukuran sedang, “lumayanlah ngobatin rasa penasaran”kataku. Kita diberi waktu 20 menit untuk sekali sewa, aku mencoba giliran pertama, dilanjut oleh Pak Budisan, lalu Mbah Soleh pun tak mau ketinggalan mencobanya. Sungguh bahagia aku melihatnya.

Puas berada di Parangtritis, kami bersiap tuk melanjutkan wisata studi ke tempat berikutnya setelah mandi dan sarapan. Kulihat jam setengah 8 pagi, ketika bus dan mobil Elf mulai melaju menuju ke Taman Pintar Yogyakarta. Seperti biasa aku ikut menumpang mobil, dan kami kembali bernyanyi bersama. Bahkan diabadikan dalam  video pendek, seru bukan? Jaraknya tak terlalu jauh, sekitar 40 menit dari sini. Sebelum sampai di Taman Pintar,  jalanan ramai hingga bus yang membawa anak-anak cukup lama untuk menentukan tempat brenti (baca: parkir). Aku yang menaiki mobil, tiba lebih dulu, hingga ada waktu tuk sekedar foto-foto di area depan taman pintar. Setibanya di sini, anak-anak Spentriku cukup antusias untuk segera masuk ke dalam gedung taman pintar, namanya taman pintar pastinya bikin kita pintar, ya kan?

Matahari mulai terasa kehadirannya, tanpa sadar jam sudah setengah 11 siang ketika kami keluar dari taman pintar. Setelah ini melanjutkan untuk mencari oleh-oleh khas Jogja, yah... Malioboro menjadi tempat terakhir kami beserta anak-anak berada Kota Pelajar. Anak-anak Spentriku dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang ingin dibeli. Aku diajak untuk menemani Pak Afik beserta Pak Indra, berjalan dengan langkah cukup cepat menuju ke Malioboro, pemandangan pedagang sekaligus dagangannya terlihat di sana-sini. Bakpia dan kaos ala Jogja aku rasa cukup untuk oleh-oleh. Begitupun dengan Pak Indra dan Pak Afik kurang lebih oleh-oleh yang dibeli sama. Bedanya adalah untuk siapa oleh-oleh itu diberikan nantinya, secara mereka kan sudah punya istri bahkan Pak Afik sudah punya Anak perempuan. Loh kok aku jadi terbawa perasaan (baca: baper) ya? Ah sudahlah, tak apa itu boleh-boleh saja.

Kulihat jam tanganku, ternyata sudah jam 2 siang ketika kami semua diminta untuk kembali menuju kendaraan untuk makan siang. Sebelumnya kami menyempatkan sholat Dzuhur terlebih dahulu, dilanjutkan makan. Puas, lelah, namun tetap gembira dari hari Jumat malam hingga sekarang sudah hari minggu (baca: Ahad). Tiba saatnya untuk kami meninggalkan Jogjakarta, kembali ke Purbalingga. Ya... sejauh apapun kita pergi, pasti akan kembali ke tempat di mana kita tinggal dan berasal (kalimat ini sungguh dalam maknanya). Tak lupa cerita ini aku tutup dengan ucapan; “Selamat tinggal Jogja, kau akan tetap istimewa, semoga kita bisa bertemu lagi dengan cerita menarik lainnya”.
Share:

Rabu, 31 Januari 2018

Teman Maya

Sumber : http://heartofwisdom.com/images/nl/friends/frdcl1f.gif

TEMAN MAYA

Oleh Arsyad R

Malam minggu adalah malam yang ditunggu-tunggu Maya. Karena hanya pada malam itu, dia diijinkan untuk main internet. Tentu saja orang tuanya sekali-kali menghampirinya dan memperingatkan kalau sudah malam.

Irma, adalah salah satu teman yang dikenalnya lewat facebook. Kebetulan hobi mereka juga sama, yaitu menulis. Persahabatan keduanya makin dekat ketika keduanya sempat bertemu pada lomba menulis cerpen antar sekolah di kabupaten. Persahabatan mereka terus berlanjut, meski lewat internet.

Sudah beberapa minggu ini, Irma tidak pernah terlihat online. Ini adalah minggu yang keempat, Maya tidak bertemu dengannya. Pesan maupun komentar yang dikirimnya tidak pernah dibalas. Nomor handphone yang tertulis di profilnya juga tidak aktif.

Maya bertanya-tanya dalam hati, “Ada apa dengannya?” Apakah dia marah kepadaku.” Malam itu, belum ada jam 8 malam, Maya sudah mematikan komputernya dan ikut duduk-duduk bersama orang tuanya di ruang keluarga.

Melihat wajah Maya yang kusut, Pak Argo, ayahnya bertanya.
“Kamu kenapa, gak biasanya jam segini sudah selesai main internetannya.”
“Malas Pak,” jawab Maya sekenanya.
“Kok malas sih, biasanya dipanggil-panggil saja kamu nggak mau nengok,” sambung Ibunya.
“Pasti ada masalah sama teman di facebook ya, ” ledek ayahnya sambil tersenyum. “Masa hanya gara-gara facebook kamu jadi murung begitu,”
“Bapak dan mamaku tersayang. Maya nggak ada apa-apa. Lagi males aja.”

Pak Argo dan istrinya saling berpandangan mata. Kemudian keduanya tertawa.
“Ya sudahlah. Sini nonton TV saja,” kata Ibunya dengan lembut.
“Nggaklah Bu. Maya mau tidur saja.”
“Kok tidur sih. Baru jam 8 . Coba kamu cerita deh, tentang temanmu,” kata Pak Argo sambil mengecilkan volume televisinya.
“Teman yang mana Pak.” Pura-pura Maya mengelak.
“Itu loh, teman internetmu. Yang katanya kamu pernah ketemu. Si Irma.”

Maya menghela napas dan terdiam.
“Pak, Bu boleh nggak kalau besok pagi kita mencari rumah Irma. Sudah sebulan Irma nggak pernah nongol. Maya kuatir dia kenapa-kenapa.”
“Buat apa sayang. Dia kan cuma kamu kenal di internet.” Ibunya menambahkan. “Emangnya kamu tahu alamatnya.”
“Pak Bu, Irma bukan sekedar teman di internet. Coba kalau gak ada dia. Pasti tiap malam minggu, Maya keluar malam. Maya kangen Bu? Pokoknya besok anterin. Maya punya alamatnya kok.” Mata Maya berkaca-kaca.

Kedua orang tuanya hanya saling berpandangan kebingungan. Maya kemudian lari menuju kamarnya dan mengunci diri.

Pagi harinya, tampak sebuah mobil menyusuri jalanan-jalanan pedesaan yang rusak. Jalan aspal yang banyak berlubang, membuat pengemudinya harus ekstra hati-hati. Sekali-kali mobil tersebut berhenti ketika ada mobil lain yang berpapasan. Di dalam mobil tampak ada Maya dan kedua orang tuanya.

Di sebuah pertigaan mereka berhenti. Maya turun dan menunjukkan alamat kepada seseorang yang kebetulan berada di situ.
“Kalau alamat ini masih jauh Mbak. Lurus saja, ikuti jalan ini, nanti melewati perkebunan yang sepi. Setelah perkebunan ada perempatan, belok kiri terus saja. Nanti ada sekolah baru. Tanya lagi di situ. Ya sekitar 40 menit dari sini”.
“Terima kasih Pak.”
“Iya, sama-sama. Hati-hati jalannya rusak.”

Mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Makin mendekati alamat tersebut, Irma merasa jantungnya makin berdebar-debar. Ibunya hanya tersenyum melihat putrinya itu. Setelah bertanya beberapa kali, sampailah mereka di sebuah rumah yang cukup besar. Ketiganya turun.
Mereka memasuki halaman rumah yang cukup luas. Tiada kata-kata yang terucap dari ketiganya.

Hingga sampailah mereka di teras. Kelihatannya sepi. Lewat samping rumah, mereka ke belakang rumah. Juga tidak nampak ada orang di dalam. Mungkin hanya perlu menungu sebentar.

Lama menunggu tidak ada tanda-tanda penghuninya pulang. Tetangga yang kebetulan lewat hanya bilang, pagi-pagi sekali seluruh penghuninya pergi bersama-sama. Waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang. Perut mereka sudah mula keroncongan. Akhirnya pak Argo memutuskan untuk pulang dan berjanji pada Maya akan datang ke situ lagi minggu depan. Maya tersenyum getir, tak dapat menahan rasa kecewanya.

Tepat ketika mobil akan berjalan, Maya tiba-tiba berteriak.
“Pak, sebentar. Itu Irma di depan.”

Maya dengan cepat keluar dari mobilnya dan berlari menemui Irma yang berjalan bersama 3 orang lagi, tampaknya ayah dan saudaranya. Keduanya berpelukan. Dengan menahan rasa haru Irma kemudian bercerita. Ibunya baru saja meninggal sebulan yang lalu. Pagi ini dia, ayah, adik dan kakaknya baru membersihkan makam ibu mereka. Dan rasa sedihnya membuat dia kehilangan harapan.

Mendengar cerita temannya, Maya tak kuasa menahan rasa harunya. Maya berjanji akan sering main ke rumah Irma. Sebaliknya, kadang Irma dengan diantar ayah dan saudara-saudaranya main ke rumah Maya.
Purbalingga, 12 Maret 2012
Share:

Selasa, 30 Januari 2018

SMP Negeri 3 Kutasari Tularkan Budaya Literasi Lewat Sastra

SMP Negeri 3 Kutasari Tularkan Budaya Literasi Lewat Sastra

BRALING.COM, PURBALINGGA – SMP Negeri 3 Kutasari menggandeng Komunitas Teater dan Sastra Perwira (Katasapa) untuk mengembangkan budaya literasi sekolah. Pengembangan literasi sekolah ini dikenalkan melalui pelatihan menulis.
Pada kegiatan yang digelar Kamis, 14 Desember 2017, pegiat Katasapa Agustav Triono memberikan materi tentang puisi. Sementara materi tentang cerpen diberikan oleh cerpenis yang juga guru Agus Pribadi.
Peserta pelatihan itu yakni seluruh siswa kelas 7,8 dan 9 yang dibagi menjadi dua sesi. Materi yang diberikan berupa teori kepenulisan serta praktik menulis dan membaca karya sastra.
“Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk mengembangkan budaya literasi yang sekarang sedang digalakkan. Sekaligus untuk kegiatan siswa setelah menempuh Penilaian Akhir Semester Gasal,” kata Arsyad Riyadi, Kepala SMP N 3 Kutasari.
Agus Pribadi menyebut ada beberapa siswa yang punya talenta. Dia berharap budaya menulis di kalangan pelajar bisa terus dikembangkan. Peserta mengikuti kegiatan tersebut dengan antusias. Saat sesi puisi, mereka secara bergantian membacakan puisi hasil pelatihan.
BANGKIT WISMO
Sumber : http://braling.com/2017/12/smp-negeri-3-kutasari-tularkan-budaya-literasi-lewat-sastra/


Share:

Menjadikan Sekolah Tanpa Kekerasan. Mungkinkah?

Menjadikan sekolah tanpa kekerasan. Mungkinkah?

Membaca judul di atas mungkin kita akan bertanya-tanya. Apa bukan berarti memaafkan segala pelanggaran yang dilakukan siswa? Apakah seorang guru dilarang keras kepada siswa-siswanya? Bayangkan kita menghadapi siswa-siswa dengan kelakuan sebagai berikut.
1. Andi ketahuan membolos bersama-sama gangnya. Bukan hanya sekali dua kali tetapi beberapa kali.
2. Slamet sudah semingguan tidak berangkat sekolah. Alasannya takut dengan  guru TIK-nya yang memberikan banyak tugas.

3. Maria mengadu ke guru BK karena diolok- olok temannya.
4. Maman dilaporkan karena dianggap melakukan pemalakan terhadap teman-temannya.
5. Toni ketahuan membawa HP ke sekolah tanpa ijin. Dan celakanya di dalam HP tersebut ditemukan konten-konten yang tidak pantas.

Kalau dilanjutkan masih 1001 persoalan yang dihadapi sekolah tiap hari. Apakah kita (dalam hal ini guru) senantiasa bersikap lembut atau kadangkala harus bersikap tegas bahkan cenderung kasar terhadap siswa-siswanya.

Dalam tulisan ini, akan diketengahkan mengenai konsep sekolah tanpa kekerasan. Bahkan konsep sekolah tanpa hukuman. Bagaimana mungkin? Marilah kita kaji perlahan-lahan.

Menjadikan Sekolah Sebagai Sahabat Siswa
Seorang sahabat tidak akan menyakiti. Seorang sahabat akan mengingatkan ketika temannya melakukan kesalahan. Boleh jadi seorang sahabat akan berkata keras, tetapi tidak akan bersikap kasar dia tidak akan meninggalkan. Seorang sahabat akan selalu ditunggu dan kita akan nyaman ketika bersamanya.

Keadaan berbeda ketika melihat seorang anak yang bergegas meninggalkan rumahnya di pagi hari dan kemudian segera meninggalkan sekolah sesaat setelah bel berbunyi. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa anak tersebut tidak menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman. Demikian juga sekolah bukan sebagai tempat yang bersahabat bagi mereka. Kebahagiann mereka tidak berada di antara kedua tempat tersebut.  Hal ini sangat disayangkan, mengingat dari 24 jam waktu mereka, hampir sepertiganya dihabiskan di lingkungan sekolah. Eksistensi mereka di sekolah diharapkan tidak sekedar raga yang dibuktika dengan catatan absensi namun diharapkan sebagai eksistensi batin yang akan diiringi dengan perasaan nyaman dan 'butuh' sekolah.

Demikian juga dari sudut pandang sebaliknya, suatu sekolah tak seharusnya hanya tampak sebagai sebuah benda mati berupa bangunan besar tempat belajar. Dari setiap sudut ruang, dan sudut pandang manapun bangunan yang bernama sekolah harus "berjiwa" . Siapakah yang dapat menghadirkan jiwa bagi sekolah?


Share:

Senin, 29 Januari 2018

Membangun Brand SMP Negeri 3 Kutasari

Membangun Brand SMP Negeri 3 Kutasari

Latar Belakang
Brand atau merk adalah nama. Merk ini membawa harapan bagi pemiliknya. Setidaknya ada 3 jenis merk berdasarkan kepemilikannya. Pertama, merek pribadi/perseorangan. Kedua, merek berbadan hukum. Ketiga, merek kolektif/kelompok.

Kenapa sih memakai merk? Seperti nama, merk ini sebagai tanda pengenal. Agar dikenal tentunya. Semisal mendengar kata SMP Negeri 3 Kutasari maka terbayang sebauh sekolah yang sejuk. Berada di desa Karangjengkol, di ujung barat kota Purbalingga dengan jarak kurang lebih 15 km dari alun-alun kota. Jadi ketika menginginkan sekolah di dekat alun-alun ya jangan berharap sekolah di SMP Negeri 3 Purbalingga.

SMP Negeri 3 Kutasari membutuhkan sebuah brand. Brand yang membedakan dari sekolah lain. Dengan berbagai masalah yang dihadapi, butuh brand atau merek yang bisa menjadi solusi. Kok bisa brand atau merk itu sebagai solusi. Coba bayangkan, Anda menghendaki sebuah sabun yang bisa menghilangkan gatal-gatal di kulit. Kira-kira sabun apa yang dipakai? Lux, asepso, lifebouy, dettol, nouvo atau sabun yang lain. Ketika Anda membutuhkan handphone yang murah dengan fasilitas yang paling update kira-kira merk apa yang akan anda beli? Ya begitu kan.

Tantangan yang dihadapi SMP Negeri 3 Kutasari semakin berat. Dengan perkembangan siswa-siswa yang makin kekinian tentunya sekolah harus makin berbenah. Tuntutan masyarakat agar sekolah memberikan layanan yang baik juga menjadi tantangan sendiri. Sedangkan dari internal sendiri, harus mau menjawab apakah SMP Negeri 3 Kutasarai akan menjadi sekolah yang biasa-biasa saja atau akan menjadi sekolah dambaan masyarakat.

Ringkasnya, brand atau merk SMP Negeri 3 Kutasari diperlukan untuk menjadikan sekolah ini lebih kompetitif dan menjadikan sebagai senjata untuk bersaing dengan sekolah lain. Serta brand atau merk ini akan menjadi kebanggaan warga sekolah.

Terkait dengan penerimaan siswa baru, promosi sekolah ini dapat dilakukan secara terus menerus melalui sosialiasi brand sekolah. Sebuah kekeliruan besar ketika promosi sekolah dilakukan hanya saat mau PPDB ataupun sekedar ikut-ikutan sekolah lain.

Bagaimana Implementasi Brand Sekolah
Branda atau merek bukan sekedar buat gagah-gagahan. Atau sekedar menjadi konsep yang di awang-awang. Brand ini harus diimplementasikan melalui berbagai cara.
Pertama, penataan ruang kelas. Tatalah ruang kelas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Variasikan penataan ruang kelas secara berkala. Langkah ini perlakukan agar suasana pembelajaran tetap fresh/segar, tingkat stress siswa dan guru berkurang.
Kedua, proses pembelajaran nyaman dan menyenangkan. Bagi guru gunakan kata-kata yang santun selama pembelajaran (tentunya selalu santun dong di manapun), gunakan berbagai metode, gunakan pembelajaran yang berfokus kepada siswa, serta hindari mengeluarkan anak dari kelas.
Ketika, pemberian hukuman. Lakukan pemberian hukuman secara santun. Hindari menghukum dengan disertai kata-kata yang kasar/teriakan. Kendalikan emosi/rasa marah ketika hendak menentukan hukuman. Contoh alternatif hukuman : infaq, sedekah, menghapalkan asmaul husna, menghapalkan ayat-ayat Al-Qur'an, penghilangan hak, adanya tembok ratapan dan jenis hukuman lain.
Ketiga, penataan ruang perpustakaan, ruang ganti dan fasilitas lain sebagai wujud dari pelayanan prima, khususnya kepada siswa.


Selain itu, banyak hal bisa dilakukan sebagai bentuk implementasi brand sekolah. Misalnya, seragam guru atau siswa yang menjadi pembeda dari sekolah lain. Penggunaan seragam pramuka di hari sabtu oleh guru/karyawan disamping menggunakan seragam batik bebaspun bisa menjadi faktor pembeda. Brand atau merk ini juga dapar dilekatkan pada seragam, topi, desi dan berbagai atribut lain (stiker, tas, buletin, majalah sekolah, buku tulis, buku harian dan sebagainya).

Di samping itu jangan lupakan media, yang dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengelola majalah dinding secara lebih tertib dan terbuka. Misalnya dengan memberitakan setiap kejadian di sekolah. Bukan hal tabulah, ketika perselisihan/masalah antar siswa ditulisan baik sebagai berita aktual maupun feature.

Perpustakaan yang umumnya dibuka sampai batas bel, cobalah sekarang dibuka sampai sore. Karena sore hari (setelah pulang sekolah) siswa lebih longgar waktunya untuk mengerjakan berbagai hal. Gunakan perpusatkaan ini sebagai tempat belajar yang dilengkapi dengan berbagai buku, majalah, surat kabar, buletin dan sumber belajar lain. Jangan lupa sediakan jaringan internet buat perpustakaan. Jadikan juga perpustakaan sebagai sumber daya digital.

Jadi, apa brand  SMP Negeri 3 Kutasari atau yang dikenal dengan spentriku atau spenthreeku ini?
Mari kita renungi bareng-bareng. Intinya bangunlah reputasi SMP Negeri 3 Kutasari ini sebagai sekolah yang dicintai oleh siswa, guru, karyawan, orang tua, dan masyarakat.

Good is not enough...
baik tidaklah cukup ketika tidak bisa mempengaruhi


Share:

About