Membangun Brand SMP Negeri 3 Kutasari
Latar Belakang
Brand atau merk adalah nama. Merk ini membawa harapan bagi pemiliknya. Setidaknya ada 3 jenis merk berdasarkan kepemilikannya. Pertama, merek pribadi/perseorangan. Kedua, merek berbadan hukum. Ketiga, merek kolektif/kelompok.
Kenapa sih memakai merk? Seperti nama, merk ini sebagai tanda pengenal. Agar dikenal tentunya. Semisal mendengar kata SMP Negeri 3 Kutasari maka terbayang sebauh sekolah yang sejuk. Berada di desa Karangjengkol, di ujung barat kota Purbalingga dengan jarak kurang lebih 15 km dari alun-alun kota. Jadi ketika menginginkan sekolah di dekat alun-alun ya jangan berharap sekolah di SMP Negeri 3 Purbalingga.
SMP Negeri 3 Kutasari membutuhkan sebuah brand. Brand yang membedakan dari sekolah lain. Dengan berbagai masalah yang dihadapi, butuh brand atau merek yang bisa menjadi solusi. Kok bisa brand atau merk itu sebagai solusi. Coba bayangkan, Anda menghendaki sebuah sabun yang bisa menghilangkan gatal-gatal di kulit. Kira-kira sabun apa yang dipakai? Lux, asepso, lifebouy, dettol, nouvo atau sabun yang lain. Ketika Anda membutuhkan handphone yang murah dengan fasilitas yang paling update kira-kira merk apa yang akan anda beli? Ya begitu kan.
Tantangan yang dihadapi SMP Negeri 3 Kutasari semakin berat. Dengan perkembangan siswa-siswa yang makin kekinian tentunya sekolah harus makin berbenah. Tuntutan masyarakat agar sekolah memberikan layanan yang baik juga menjadi tantangan sendiri. Sedangkan dari internal sendiri, harus mau menjawab apakah SMP Negeri 3 Kutasarai akan menjadi sekolah yang biasa-biasa saja atau akan menjadi sekolah dambaan masyarakat.
Ringkasnya, brand atau merk SMP Negeri 3 Kutasari diperlukan untuk menjadikan sekolah ini lebih kompetitif dan menjadikan sebagai senjata untuk bersaing dengan sekolah lain. Serta brand atau merk ini akan menjadi kebanggaan warga sekolah.
Terkait dengan penerimaan siswa baru, promosi sekolah ini dapat dilakukan secara terus menerus melalui sosialiasi brand sekolah. Sebuah kekeliruan besar ketika promosi sekolah dilakukan hanya saat mau PPDB ataupun sekedar ikut-ikutan sekolah lain.
Bagaimana Implementasi Brand Sekolah
Branda atau merek bukan sekedar buat gagah-gagahan. Atau sekedar menjadi konsep yang di awang-awang. Brand ini harus diimplementasikan melalui berbagai cara.
Pertama, penataan ruang kelas. Tatalah ruang kelas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Variasikan penataan ruang kelas secara berkala. Langkah ini perlakukan agar suasana pembelajaran tetap fresh/segar, tingkat stress siswa dan guru berkurang.
Kedua, proses pembelajaran nyaman dan menyenangkan. Bagi guru gunakan kata-kata yang santun selama pembelajaran (tentunya selalu santun dong di manapun), gunakan berbagai metode, gunakan pembelajaran yang berfokus kepada siswa, serta hindari mengeluarkan anak dari kelas.
Ketika, pemberian hukuman. Lakukan pemberian hukuman secara santun. Hindari menghukum dengan disertai kata-kata yang kasar/teriakan. Kendalikan emosi/rasa marah ketika hendak menentukan hukuman. Contoh alternatif hukuman : infaq, sedekah, menghapalkan asmaul husna, menghapalkan ayat-ayat Al-Qur'an, penghilangan hak, adanya tembok ratapan dan jenis hukuman lain.
Ketiga, penataan ruang perpustakaan, ruang ganti dan fasilitas lain sebagai wujud dari pelayanan prima, khususnya kepada siswa.
Selain itu, banyak hal bisa dilakukan sebagai bentuk implementasi brand sekolah. Misalnya, seragam guru atau siswa yang menjadi pembeda dari sekolah lain. Penggunaan seragam pramuka di hari sabtu oleh guru/karyawan disamping menggunakan seragam batik bebaspun bisa menjadi faktor pembeda. Brand atau merk ini juga dapar dilekatkan pada seragam, topi, desi dan berbagai atribut lain (stiker, tas, buletin, majalah sekolah, buku tulis, buku harian dan sebagainya).
Di samping itu jangan lupakan media, yang dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengelola majalah dinding secara lebih tertib dan terbuka. Misalnya dengan memberitakan setiap kejadian di sekolah. Bukan hal tabulah, ketika perselisihan/masalah antar siswa ditulisan baik sebagai berita aktual maupun feature.
Perpustakaan yang umumnya dibuka sampai batas bel, cobalah sekarang dibuka sampai sore. Karena sore hari (setelah pulang sekolah) siswa lebih longgar waktunya untuk mengerjakan berbagai hal. Gunakan perpusatkaan ini sebagai tempat belajar yang dilengkapi dengan berbagai buku, majalah, surat kabar, buletin dan sumber belajar lain. Jangan lupa sediakan jaringan internet buat perpustakaan. Jadikan juga perpustakaan sebagai sumber daya digital.
Jadi, apa brand SMP Negeri 3 Kutasari atau yang dikenal dengan spentriku atau spenthreeku ini?
Mari kita renungi bareng-bareng. Intinya bangunlah reputasi SMP Negeri 3 Kutasari ini sebagai sekolah yang dicintai oleh siswa, guru, karyawan, orang tua, dan masyarakat.
Good is not enough...
baik tidaklah cukup ketika tidak bisa mempengaruhi
Kenapa sih memakai merk? Seperti nama, merk ini sebagai tanda pengenal. Agar dikenal tentunya. Semisal mendengar kata SMP Negeri 3 Kutasari maka terbayang sebauh sekolah yang sejuk. Berada di desa Karangjengkol, di ujung barat kota Purbalingga dengan jarak kurang lebih 15 km dari alun-alun kota. Jadi ketika menginginkan sekolah di dekat alun-alun ya jangan berharap sekolah di SMP Negeri 3 Purbalingga.
SMP Negeri 3 Kutasari membutuhkan sebuah brand. Brand yang membedakan dari sekolah lain. Dengan berbagai masalah yang dihadapi, butuh brand atau merek yang bisa menjadi solusi. Kok bisa brand atau merk itu sebagai solusi. Coba bayangkan, Anda menghendaki sebuah sabun yang bisa menghilangkan gatal-gatal di kulit. Kira-kira sabun apa yang dipakai? Lux, asepso, lifebouy, dettol, nouvo atau sabun yang lain. Ketika Anda membutuhkan handphone yang murah dengan fasilitas yang paling update kira-kira merk apa yang akan anda beli? Ya begitu kan.
Tantangan yang dihadapi SMP Negeri 3 Kutasari semakin berat. Dengan perkembangan siswa-siswa yang makin kekinian tentunya sekolah harus makin berbenah. Tuntutan masyarakat agar sekolah memberikan layanan yang baik juga menjadi tantangan sendiri. Sedangkan dari internal sendiri, harus mau menjawab apakah SMP Negeri 3 Kutasarai akan menjadi sekolah yang biasa-biasa saja atau akan menjadi sekolah dambaan masyarakat.
Ringkasnya, brand atau merk SMP Negeri 3 Kutasari diperlukan untuk menjadikan sekolah ini lebih kompetitif dan menjadikan sebagai senjata untuk bersaing dengan sekolah lain. Serta brand atau merk ini akan menjadi kebanggaan warga sekolah.
Terkait dengan penerimaan siswa baru, promosi sekolah ini dapat dilakukan secara terus menerus melalui sosialiasi brand sekolah. Sebuah kekeliruan besar ketika promosi sekolah dilakukan hanya saat mau PPDB ataupun sekedar ikut-ikutan sekolah lain.
Bagaimana Implementasi Brand Sekolah
Branda atau merek bukan sekedar buat gagah-gagahan. Atau sekedar menjadi konsep yang di awang-awang. Brand ini harus diimplementasikan melalui berbagai cara.
Pertama, penataan ruang kelas. Tatalah ruang kelas sesuai dengan keinginan dan kebutuhan. Variasikan penataan ruang kelas secara berkala. Langkah ini perlakukan agar suasana pembelajaran tetap fresh/segar, tingkat stress siswa dan guru berkurang.
Kedua, proses pembelajaran nyaman dan menyenangkan. Bagi guru gunakan kata-kata yang santun selama pembelajaran (tentunya selalu santun dong di manapun), gunakan berbagai metode, gunakan pembelajaran yang berfokus kepada siswa, serta hindari mengeluarkan anak dari kelas.
Ketika, pemberian hukuman. Lakukan pemberian hukuman secara santun. Hindari menghukum dengan disertai kata-kata yang kasar/teriakan. Kendalikan emosi/rasa marah ketika hendak menentukan hukuman. Contoh alternatif hukuman : infaq, sedekah, menghapalkan asmaul husna, menghapalkan ayat-ayat Al-Qur'an, penghilangan hak, adanya tembok ratapan dan jenis hukuman lain.
Ketiga, penataan ruang perpustakaan, ruang ganti dan fasilitas lain sebagai wujud dari pelayanan prima, khususnya kepada siswa.
Selain itu, banyak hal bisa dilakukan sebagai bentuk implementasi brand sekolah. Misalnya, seragam guru atau siswa yang menjadi pembeda dari sekolah lain. Penggunaan seragam pramuka di hari sabtu oleh guru/karyawan disamping menggunakan seragam batik bebaspun bisa menjadi faktor pembeda. Brand atau merk ini juga dapar dilekatkan pada seragam, topi, desi dan berbagai atribut lain (stiker, tas, buletin, majalah sekolah, buku tulis, buku harian dan sebagainya).
Di samping itu jangan lupakan media, yang dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengelola majalah dinding secara lebih tertib dan terbuka. Misalnya dengan memberitakan setiap kejadian di sekolah. Bukan hal tabulah, ketika perselisihan/masalah antar siswa ditulisan baik sebagai berita aktual maupun feature.
Perpustakaan yang umumnya dibuka sampai batas bel, cobalah sekarang dibuka sampai sore. Karena sore hari (setelah pulang sekolah) siswa lebih longgar waktunya untuk mengerjakan berbagai hal. Gunakan perpusatkaan ini sebagai tempat belajar yang dilengkapi dengan berbagai buku, majalah, surat kabar, buletin dan sumber belajar lain. Jangan lupa sediakan jaringan internet buat perpustakaan. Jadikan juga perpustakaan sebagai sumber daya digital.
Jadi, apa brand SMP Negeri 3 Kutasari atau yang dikenal dengan spentriku atau spenthreeku ini?
Mari kita renungi bareng-bareng. Intinya bangunlah reputasi SMP Negeri 3 Kutasari ini sebagai sekolah yang dicintai oleh siswa, guru, karyawan, orang tua, dan masyarakat.
Good is not enough...
baik tidaklah cukup ketika tidak bisa mempengaruhi
0 komentar:
Posting Komentar